Maandag 06 Mei 2013

Pendekatan Konseling Gestalt




PENDEKATAN KONSELING
GESTALT


A.    Konsep Dasar
            Terapi ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian , melainkan suatu koordinasi semua bagian tersebut (perasaan, pikiran, dan sebagainya)
            Parsons mengemukakan beberapa asumsi pokok tentang manusia yang dipergunakan sebagai dasar dalam terapi gestalt, sebagai berikut:
1.      Manusia meruoakan keseluruhan yang terdiri dari badan, emosi, fikiran, sensasi, dan persepsi yang semuanya mempunyai fungsi dan saling berhubungan.
2.      Manusia adalah bagian dari lingkungannya dan tidak dapat dipelajari dan dipahami diluar dari itu
3.      Manusia adalah proactive dari pada reactive. Ia menentukan responnya terhadap stimulus yang dari lingkungannya
4.      Manusia mempunyai kemampuan untuk menjadi sadar akan sensasinya, pikirannya, emosinya, dan persepsi-persepsinya
5.      Manusia melalui kesadaran diri mampu untuk memilih dan bertanggungjawab terhadap tindakan perilakunya
6.      Manusia mempunyai perlengkapan dan sumber-sumber untuk kehidupannya secara efektif untuk mengembangkan diri melalui kemampuan yang dimilikinya sendiri
7.      Manusia hanya dapat mengalami sendiri dalam masa sekarang. Masa lalu dan masa yang akan datang hanya dapat dialami dengan melalui mengingat-ingat







B.     Hakekat manusia
            Hakekat manusia menurut konseling Gestalt adalah sebagai berikut:
                                 ·            Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
                                 ·            Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
                                 ·            Aktor bukan reaktor
                                 ·            Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
                                 ·            Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab
                                 ·            Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

C.    Hakekat Konseling
Hakekat pendekatan pada konseling ini adalah Re-owning (memilikikembali), Re integrasi (penyatuankembali)



D.    Karakteristik
KARAKTERISTIK KONSELOR :
· Penuh kesadaran
· Bergairah dan bersemangat
· Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
· Kreatif
· mau memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan klien

KARAKTERISTIK KLIEN :
· Aktif dalam menjawab atau memberikan data yang dibutuhkan konselor
· Meningkatkan kesadaran
· Bertanggungjawab
· Menumbuhkan kematangan
· Menentukan keinginannya


E.     Tujuan konseling
            Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
·         Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
·         Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
·         Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
·         Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

F.     Peran dan Fungsi konselor
PERAN KONSELOR :
· Sebagai pembantu ahli
· Sebagai pengamat
· Sebagai ahli bahasa dan komunikasi
· Sebagai frusiator
· Sebagai agen kreatif
· Sebagai guru

FUNGSI KONSELOR :
Menyediakan suatu suasana yang memungkinkan klien menemukan kebutuhannya sendiri


G.    Hubungan konselor dengan klien
            Praktek konseling Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dengan klien. Yang penting adalah konseling secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman sekarang ketika ia menghadapi klien disini dan sekarang. Disamping itu, konseling memberi umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Konselor harus menghadapi klien tanpa menolak klien sebagai pribadi
            Proses membangkitkan perasaan pada klien dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau aliansi terapeutik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Karena jika konseli dapat memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri.
Hubungan yang ditekankan dalam proses konseling gestalt adalah hubungan yang unik yang mereka sebut “saya dan kamu” hubungan ini menuntut konselor dan klien untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “disini dan sekarang”. Konselor bekerja dengan tulus denga menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun aklim yang dapat mendorong klien mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berpikir, dan bertindak.







H.    Teknik konseling Gestalt
                                 ·            Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

                                 ·            Latihan saya bertanggung jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
 Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu        meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama  ini diingkarinya.



                                 ·            Bermain proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

                                 ·            Teknik pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.



                                 ·            Tetap dengan perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.


I.       Tahap konseling Gestalt
Tahap-tahap pada proses konseling Gestalt adalah:
a.       Tahap pertama (the beginning phase)
Konselor menggunakan metode fenomologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan lingkungannya (Joyce and still 2001 dalam safari 2005)
Secara garis besar proses yang dilalui dalam konseling tahap pertama adalah:
ü  Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container) untuk proses konseling
ü  Mengembangkan hubungan kolaboratif ( working alliance)
ü  Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan gambaran kepribadiannya dengan menggunakan pendekatan fenomenologis
ü  Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi koseli
ü  Membangun sebuah hubungan yang dialogis
ü  Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli
b.      Tahap kedua ( clearing the ground)
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik. Konselor mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business. Disini peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business.
c.       Tahap ketiga ( the existensial encounter)
Pada tahap ini ditandai dengan aktifitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada saat ini konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan, pada fase ini konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu mengadapi masalahnya.
d.      Tahap keempat (integration)
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri, tahap ini terdiri dari beberapa langkah sbb:
ü  Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight baru
ü  Memfokuskan pada pembuatan kontak relasi yang memuaskan
ü  Berhubungan dengan masyarakat dan komonitas secara luas, menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru
ü  Menerima tanggung jawab untuk hidup baru
e.       Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervise konselor, yang ditandai oleh proses-proses berikut:
ü  Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah selesai
ü  Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada
ü  Merayakan apa yang telah dicapai
ü  Menerima apa yang belum tercapai
ü  Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis dimasa depan
ü  Membiarkan pergi dan melanjutkan kehidupan



J.      Kelebihan dan kekurangan
a)      Kelebihan
·         Menekankan pada keseluruhan kesatuan perilaku
·         Pentingnya perilaku non verbal sebagai bagian integraf sumber pengetahuan terhadap individu
b)      Kelemahan
·         Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif
·         Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain
·      Dapat terjadi klien saling bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena dianggap dirinya masih anak kecil atau orang bodoh

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking